Nama: ____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Macam-macam Majas
8-13 Februari 2010
Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].
Majas perbandingan
1. Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio : Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Metafora : Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme : Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia : Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim : Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia : Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme : Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes : Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola : Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14. Depersonifikasi : Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto : Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Totum pro parte : Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme : Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme : Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel : Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel : Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase : Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim : Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi : Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
1. Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme : Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire : Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
1. Apofasis : Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme : Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi : Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima : Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi : Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme : Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi : Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme : Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi : Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis : Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio : Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi : Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio : Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio : Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito : Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim : Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi : Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis : Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma : Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
1. Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron : Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme : Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Rujukan
• Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.
Catatan kaki
^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar