Dalam pengertian kecerdasan majemuk milik Howard Gardner tidak ada anak yang tidak memiliki kecerdasan, semua pintar semua cerdas. Selama ini sebagai guru kita cuma mengukur kecerdasan siswa dari kemampuan di bidang matematika , bahasa, atau olah raga. Kadang anak yang pintar melukis atau menggambar dikatakan tidak cerdas karena tidak menguasai 3 kecerdasan di atas.
Silahkan anda membaca kecerdasan apa saja yang dikatakan oleh Howard Gardner pada situs ini. Tulisan ini akan memberikan kelengkapan agar anda lebih mantap dalam mengajar siswa dengan berbagai macam kecerdasan.
1. Kecerdasan Bahasa (Verbal)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• bisa berfikir secara sistematis,
• senang berdebat dan berargumentasi, membaca,, mendengar, menulis,
• mampu mengeja dengan mudah
• mengingat dengan detail dari sebuah hal
• suka permainan kata misalnya teka teki silang dan lain-lain
• percaya diri saat berbicara di muka publik.
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• meminta siswa bercerita, mengeja.
• adakan forum debat dan diskusi.
• bermain permainan ingatan tentang nama dan tempat.
• membaca dan menulis cerita, menulis resensi buku atau membuat kliping
• permainan teka-teki, atau yang permainan yang berhubungan dengan kosa kata
• minta siswa mewawancarai seseorang mengenai suatu topik
• minta siswa membuat pajangan kelas atau majalah kelas,
2. Kecerdasan tipe Matematis (Logis)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• berpikir secara abstrak
• menyukai kegiatan berhitung
• bekerja dengan cermat dan menyukai ketepatan dalm melakukan sesuatu
• memiliki catatan yang teratur
• berfikir dengan logis
• senang pelajaran komputer
• pemecah masalah yang baik
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• perbanyak tugas yang melibatkan kemampuan memecahkan masalah
• tugas akhir topik dilakukan dengan komputer
• minta siswa mengkategorikan fakta dan informasi serta menemukan pola dan hubungan-hubunga
• kenalkan pada siswa tahap -tahap dalam pengerjaan tugas.
3. Kecerdasan Visual (Spasial)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• senang menggambar dan melukis
• baik dalam membaca peta dan diagram
• senang permainan puzzles atau jigsaw
• berpikir sambil berimajinasi
• mudah mengingat berdasar gambar
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• upayakan untuk menggunakan banyak gambar, peta pikiran, diagram, peta coretan dan simbol, saat belajar
• integrasikan pembelajaran seni dan computer pada pelajaran lain
• jadikan kelas anda semenarik mungkin dengan banyak pajangan
4. Kecerdasan Musikal (Ritmik)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• sensitif terhadap nada, irama, kekuatan-emosi music, komposisi dan warna nada
• relegius.
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• menggunakan alat music atau bernyanyi bersama
• gunakan lagu sebagai alat bantu menjelaskan konsep yang sulit
• membuat nada dering, lagu melalui telepon genggam atau kompter
5. Kecerdasan Kinestetis (tubuh)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• siswa mempunyai kontrol tubuh, respon dan refleks yang baik
• suka membuat prakarya atau pekerjaan tangan
• tidak bisa diam
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• sedapat mungkin kegiatan pembelajaran banyak melibatkan anggota tubuh
• gunakan gerakan atau ajak siswa memperagakan sesuatu sebagai alat bantu menjelaskan konsep yang sulit (dramatisasi)
6. Kecerdasan Interpersonal
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• pintar bernegosiasi, berhubungan, membaca pikiran dan maksud hati orang lain
• suka berteman, dan melakukan kegiatan bersama
• bisa menjadi mediator dalm perselisihan antar teman
• dapat menyesuaikan dengan keadaan
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• melakukan kegiatan belajar berkelompok
• waktu istirahat yang efektif dan fleksibel agar mereka bisa bersosialisasi
• perbanyak kegiatan yang berhubungan dan berkomunikasi antar pribadi
7. Kecerdasan Intrapersonal
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• sudah punya motivasi diri, nilai diri, tujuan hidup,
• sudah menyadari kemampuannya, kekuatan dan kelemahan sendiri
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• banyak melakukan diskusi yang mendalam dan tanya jawab
• setiap selesai mengerjakan tugas minta siswa melakukan refleksi dalam hati. Siswa bisa menuliskan apa yang dialami dan rasakan selama proses pembelajaran berlangsung.***
Posted by Patersan
Selasa, 10 Agustus 2010
Selasa, 13 April 2010
Sola UTS Bahasa Indonesia
Ujian Tengah Semester II
Tahun Pelajaran 2009 – 2010
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Waktu : 90 Menit
Nama : ________________
Kelas : 11 _____
Hari/tanggal : ________________
I. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar.(Nilai 1 x 30)
1. (1) Menurut seorang developer, pengembangan agrobisnis dan agroindustri merupakan tuntunan perkembangan logis. (2) Pengembangan telah dilanjutkan sesuai dengan wujud kesinambungan penganekaragaman dan pengalaman pertanian. (3) Telah pula dilaksanakan pengembangan di beberapa wilayah. (4) Hasil yang dicapai mengesankan dan memuaskan.
Kalimat pernyataan di atas yang berupa opini terdapat pada nomor ….
A. (1) dan (4) D. (2) dan (4)
B. (1) dan (3) E. (3) dan (4)
C. (2) dan (3)
2. Jika hari rembang petang
tidak berani permainan bakal selesai
dan boleh ditinggalkan gelanggang
hanya peranan berputar dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar
Amanat yang terkandung dalam penggalan puisi di atas adalah …
A. Hari sudah sore.
B. Penonton itu ada di luar.
C. Permainan belum selesai.
D. Kehidupan belum selesai.
E. Kehidupan akan berubah.
3. Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
“Ini dari kami bertiga
pita hitam pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
bagi kakak yang tertembak mati siang tadi”
Taufik Ismail
Masalah sosial yang tepat terungkap dalam puisi di atas adalah ….
A. anak kecil yang malu-malu
B. rasa duka yang dalam atas pengorbanan seseorang
C. terjadi penembakan di Salemba
D. pengiriman karangan bunga atas meninggalnya seseorang
E. kesedihan anak kecil melihat kakaknya ditembak
4. Kalimat tanya di bawah ini menanyakan tempat, kecuali ….
A. Ke mana ia pergi ?
B. Di mana rumah pamanmu ?
C. Setting lakon itu terjadi di mana ?
D. Mana pekerjaan rumah yang sudah kau kerjakan ?
E. Ke mana saja ia mencari data itu ?
5. Lapangan pekerjaan belum terbuka lebar, sehingga pengangguran makin tak terkendalikan.
Makna imbuhan per-an dan pe-an pada kata pekerjaan dan pengangguran adalah
A. tempat, keadaan
B. proses, hasil
C. peristiwa, proses
D. alat, malas
E. tempat, hal perbuatan
6. Yang termasuk kalimat langsung di bawah ini adalah …
A. Bagaimanakah kesehatannya ?
B. “Kak, kau dipanggil Ibu !” , kata Deni, “ disuruh makan”.
C. Ayah menyuruhku untuk mengantarkan surat ini ke kantornya.
D. Jikalau orang tuanya masih hidup, tak akan terlantar anak itu.
E. Walaupun Rudi mendapat nilai buruk, namun ia tidak patah hatinya.
7. PERTEMUAN
Meniti tasbih
Malam pelan-pelan
Dan burung pedasih
Menggaris gelap di kejauhan
Kemudian adalah pesona
Wajah-Nya tersandar ke kaca jendela
Memandang kita, memandang kita lama-lama
Demikianlah sunyi telah dititahkan
Dan demikian pula manusia
Dikirim ke bumi yang terbentang
Dari surga
Yang telah dititipkan. Dan kini tinggallah
Cinta yang mencar-mancar dari sunyi kaca jendela
Goenawan Mohamad
Puisi di atas mengandung makna tentang ….
A. manusia yang selalu bertasbih pada malam hari
B. manusia yang ingin bertemu dengan Tuhannya melalui zikir
C. manusia yang menyandarkan diri di kaca jendela
D. tuhan telah menurunkan nabi dan manusia
E. manusia yang dititipkan ke bumi dan masuk surga
8. Melihat lukisan itu ia terpesona.
Makna imbuhan ter- pada kalimat di atas semakna dengan kalimat …
A. Karangan terbaik akan mendapat hadiah.
B. Bukunya terbawa oleh Dini Herawati.
C. Dia mati terbunuh tadi malam.
D. Gadis itu tersenyum manis saat kusalami.
E. Peti seberat itu terangkat oleh kakek.
9. Musim kompetisi 2009/2010 belum juga berakhir, tetapi Inter Milan sudah mendapatkan pemain baru. Adalah Ederson Honorato yang berhasil didatangkan juara Liga Italia musim lalu itu. Sebelumnya, penyerang asal Brasil itu memperkuat Nice. Ederson yang berusia 21 tahun itu bergabung dengan Nice dua musim lalu. Saat itu, Inter Milan sebenarnya sudah berniat membawanya ke Stadion San Siro, tetapi Nice lebih menjadi pilihan Ederson.
Kalimat utama paragraf tersebut adalah ...
A. Musim kompetisi 2009/2010 belum juga berakhir, tetapi Inter Milan sudah mendapatkan pemain baru.
B. Ederson Honorato yang sebelumnya memperkuat Nice, berhasil didatangkan juara Liga Italia.
C. Ederson Honorato yang berusia 21 tahun itu bergabung dengan Nice dua musim lalu.
D. Inter Milan sebenarnya sudah berniat membawanya ke Stadion San Siro, namun Nice lebih menjadi pilihan Ederson.
E. Inter Milan sudah berniat merekrut Ederson Honorato, tetapi baru tahun ini tercapai.
10. Andi kuliah di Universitas Indonesia tahun pertama. Menjelang ujian akhir semester, dia memerlukan dana yang cukup besar untuk membeli buku-buku dan pembayar uang ujian. Andi ingin mengirim surat kepada ayahnya.
Kalimat yang santun sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah …
A. Ayah, segera kirim uang secepatnya untuk pembeli buku-buku dan bayar uang ujian.
B. Ayah, mohon dikirim uang untuk membeli buku dan membayar uang ujian Ananda.
C. Ayah, hari ini kirim uang untuk uang ujian dan pembayaran administrasi segera.
D. Ayah, saya memerlukan uang untuk ujian, tolong dikirim uang, ya! Juga untuk beli buku.
E. Ayah, saya tunggu kiriman uang dari ayah segera untuk beli buku dan bayar ujian.
11. Hadirin yang saya hormati dalam kesempatan ini saya akan membahas “Perlunya Keseimbangan Antara Kebutuhan Jasmani dan Rohani.” 1). Manusia terdiri atas jasmani dan rohani. Jika keduanya berpisah maka seseorang tidak dikatakan manusia lagi, tetapi berubah menjadi mayat. 2). Baik jasmani maupun rohani keduanya membutuhkan makanan dan keduanya akan merasakan sakit dan sehat. 3) Makanan jasmani hendaknya sesuai dengan sifat jasmani itu sendiri yaitu bersifat fisik dan materi,(4) sedangkan makanan rohani yaitu spiritual atau rohani. 5).
Kalimat yang isinya bersifat persuasif atau menyatakan imbauan dalam penggalan naskah pidato di atas adalah ...
A. nomor 1
B. nomor 2
C. nomor 3
D. nomor 4
E. nomor 5
12. Salah satu peninggalan perang dunia kedua di Irian adalah Goa Jepang. Goa itu terletak di bukit-bukit tandus jauh dari kota Biak. Di dekat goa masih bertebaran bangkai meriam raksasa Jepang yang dahulu digunakan … melindungi pangkalan militer Biak … amat strategis letaknya itu.
Kata penghubung yang paling tepat untuk melengkapi paragraf di atas adalah…
A. dalam, sehingga
B. memang, telah
C. untuk, yang
D. guna, lalu
E. serta, yang
13. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah …
A. Membuat kesimpulan materi.
B. Mengenal nara sumber dengan baik..
C. Menggambarkan kejiwaan seseorang.
D. Menguasai materi yang dipercakapkan.
E. Mengatasi masalah dalam waktu yang singkat.
14.
1. Pikirkan informasi apa saja yang ingin kita peroleh.
2. Hubungilah dahulu instansi-instansi yang akan kita datangi.
3. Rumuskanlah tujuan wawancara yang akan kita laksanakan.
4. Adakan pembagian tugas untuk masing-masing kelompok sesuai dengan kegiatan yang akan kita laksanakan.
5. Pilihlah lokasi atau tempat-tempat untuk mengadakan wawancara.
Susunan rencana di atas jika kita akan melakukan wawancara dengan suatu kelompok adalah ….
A. 1, 2, 3, 4 dan 5
B. 5, 2, 1, 4, dan 3
C. 2, 1, 4, 3, dan 5
D. 3, 5, 2, 1, dan 4
E. 4, 2, 3, 1, dan 5
15. Bahasa baku digunakan dalam hal-hal di bawah ini, kecuali ….
A. Karangan narasi fiksi dan deskripsi.
B. Komunikasi resmi dalam surat menyurat resmi.
C. Wacana teknis seperti laporan, makalah atau karangan ilmiah.
D. Pembicaraan di depan umum seperti pidato dan ceramah.
E. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
16. Pasien yang berobat dan dirawat inap di Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar tidak dilayani dengan ramah. Dokter yang seharusnya rutin memeriksa kondisi pasien sering tidak tepat waktu. Para perawat yang merawat pasien tidak berwajah ramah. Fasilitas dan peralatan yang dimiliki tidak lengkap sehingga banyak pasien yang berpindah ke rumah sakit lain. ...
Kalimat ajakan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah ...
A. Pasien yang akan masuk ke Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar hendaknya berpikir dulu.
B. Rumah Sakit Dharma Yadnya harus segera menambah fasilitas dan peralatan medis.
C. Para dokter dan suster Rumah Sakit Dharma Yadnya perlu segera diganti.
D. Tambahkan fasilitas dan tingkatkan pelayanan di Rumah Sakit Dharma Yadnya.
E. Turunkan biaya perawatan agar pasien tidak pindah ke rumah sakit lain.
17. Bertanam padi di sawah tanpa olah tanah hampir sama dengan penanaman padi konvensional. Bedanya hanya terdapat pada penyiapan lahan. Kalau di sawah, tanah dipersiapkan dengan dibajak terlebih dahulu. Memang lebih praktisi sawah, tanpa olah tanah dan menghemat tenaga kerja. Menyingkirkan gulma pun dapat dilakukan dengan racun serangga.
Penggunaan istilah yang tidak tepat dalam paragraf tersebut adalah ...
A. Konvensional
B. lahan
C. dibajak
D. praktisi
E. gulma
18. Tujuan wawancara : mengetahui tujuan, persiapan pelaksanaan, sumber dana kegiatan pentas seni.
Nara sumber : guru kesenian
Pewawancara : Andi (seksi majalah dinding sekolah)
Salah satu kalimat tanya yang sesuai diajukan pewawancara adalah ...
A. Apakah pelaksanaan pentas seni sudah anda pikirkan masak-masak?
B. Bagaimana dampak pentas seni terhadap kreativitas siswa ini, Bu?
C. Bagaimana cara ibu mendapatkan dana untuk pembiayaan pentas seni ini?
D. Bagaimana pendapat ibu terhadap pentas seni ini?
E. Apakah Ibu senang dan selalu termotivasi untuk melaksanakan pentas seni disekolah ini?
19. Pelanggaran lalu lintas sering dilakukan. Pelanggaran itu contohnya menyeberang tidak di tempat yang sudah disediakan. Bus menghentikan mobil sekehendak hati supir. Pengendara kendaraan bermotor sering ngebut. Pengendara juga banyak yang tidak memiliki SIM.
Jenis paragraf tersebut adalah ....
A. narasi D. argumentasi
B. eksposisi E. deskripsi
C. persuasi
20. Kalangan aktivis yang tergabung dalam forum NGO Kota Tangerang menilai Dinas Lingkungan Hidup masih kurang responsif dalam melibatkan masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Mereka juga menganggap komisi penilai amdal (analisis dampak lingkungan) kurang transparan dalam mengomunikasikan hasil analisisnya. Jika keadaan ini berlanjut kelestarian lingkungan akan terancam dan masyarakat juga akan menanggung penderitaan ...
Kalimat persuasif yang tepat untuk melengkapi paragraf di atas adalah ...
A. Oleh karena itu, masyarakat pun harus dilibatkan dalam melestarikan lingkungan.
B. Sebaiknya masyarakat dan penilai amdal bekerja sama untuk melestarikan lingkungan dengan penuh tanggung jawab.
C. Dinas lingkungan hendaknya dapat memotivasi seluruh lapisan masyarakat untuk aktif melestarikan lingkungan.
D. Dengan demikian, pelestarian lingkungan tidak akan terwujud bila masyarakat tidak dilibatkan.
E. Jadi pelestarian lingkungan akan terwujud bila masyarakat aktif berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan.
21. Pada tahun 1952, Clifford Geert memopulerkan tipologi santri, abangan, dan priyayi sebagai kategori sosial yang ada dalam masyarakat Jawa. Menurut Parsudi Suparlan, pengategorian tersebut dibuat bukan sebagai sesuatu yang bertentangan, tetapi justru untuk memperlihatkan adanya saling ketergantungan di antara ketiganya.
Sastro ingin anak cucunya mengerti bahwa hidup sebagai priyayi adalah mengabdi dan setia kepada raja dan negara. Ketergantungan ketiga kategori tersebut, terwujud dalam kehidupan birokrasi kota. Meskipun demikian, sampai saat ini polemik belum juga selesai dalam masyarakat Jawa.
Kalimat yang tidak koheren dalam paragraf tersebut, terdapat pada kalimat urutan ...
A. pertama
B. kedua
C. ketiga
D. keempat
E. kelima
22. Ketika aku belajar bahasa Indonesia, tiba-tiba perutku sakit.
Kata penghubung yang fungsinya sama dengan kata penghubung dalam kalimat di atas adalah ...
A. Sebelum mengerjakan soal, bacalah soal ini baik-baik !
B. Saya berjalan kaki ke sekolah sampai kakiku pegal.
C. Kita belajar giat untuk meraih masa depan yang cemerlang.
D. Dia marah dengan memukulkan tinjunya ke tembok.
E. Orang itu mengatakan bahwa anaknya mendapatkan musibah.
23. Persembunyian para perampok itu telah tercium polisi.
Imbuhan ke-an yang semakna dengan imbuhan per-an di atas adalah ...
A. Kesehatan anak itu sudah agak baik.
B. Semalam saya ketiduran di kursi tamu.
C. Pipinya kemerah-merahan karena malu.
D. Sepatu yang dipakainya kebesaran.
E. Kecamatan Sukaraja telah dimekarkan.
24. Tarif parkir di rumah sakit akan ditentukan pemerintah DKI.
Pemenggalan frase yang tepat pada kalimat di atas adalah ...
A. Tarif/ parkir/ di rumah sakit/ akan ditentukan/ pemerintah DKI.
B. Tarif parkir/ di rumah/ sakit/ akan ditentukan/ pemerintah DKI.
C. Tarif parkir/ di rumah sakit/ akan ditentukan/ pemerintah DKI.
D. Tarif parkir/ di rumah sakit/ akan/ ditentukan/ pemerintah DKI.
E. Tarif parkir/ di rumah sakit/ akan ditentukan/ pemerintah/ DKI.
25. Istri tentara yang baik itu sangat dihormati tetangga.
Perbaikan kalimat di atas agar tidak ambigu adalah ...
A. Istri yang baik itu sangat dihormati tetangga tentara.
B. Istri tentara itu sangat dihormati tetangga yang baik.
C. Tentara yang baik itu sangat dihormati istri tetangga.
D. Tentara yang baik itu sangat dihormati tetangga.
E. Tentara itu sangat dihormati istri tentara.
26. SELAMAT TINGGAL
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
Dalam hatiku ?
Apa hanya angin lalu ?
Chairil Anwar
Tema puisi tersebut adalah ...
A. kelukaan hati
B. kecamuk dalam hati
C. permasalahan yang berat
D. pengintrospeksian diri
E. persoalan yang beruntun
27. “Menjadi apa ?” tanya Pak SBY kepada seorang anak dari Kalsel yang tidak memperkenalkan namanya.
“Ya … menjadi presiden seperti Bapak,” kata anak itu.
“Bagus. Tapi presiden itu ada satu. Seluruh Indonesia presidennya hanya satu. Jadi harus direbutin oleh 250 juta. Setidak-tidaknya yang sudah berumur 30 tahun ke atas.”
Pokok persoalan dalam dialog SBY dengan anak dari Kalsel tersebut adalah ….
A. angan-angan
B. cita-cita
C. khayalan
D. peranan
E. impian
28. Pemanfaatan energi telah diupayakan melalui pengelolaan energi hemat dan efisien sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup untuk jangka panjang. Penganekaragaman sumber energi melalui penemuan dan pemasyarakatan sumber energi alternatif telah mulai digalakkan. Diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan energi yang memenuhi syarat, aman, adil, dan terjangkau daya beli rakyat.
Kalimat persuasif yang sesuai dengan ilustrasi di atas adalah…
A. Gunakanlah barang-barang atau keperluan rumah tangga yang hemat energi.
B. Kita bersama-sama menghemat energi.
C. Hemat energi menunjang masa depan cerah.
D. Tidak menghidupkan TV maupun peralatan yang lainnya termasuk hemat energi.
E. Belilah panci produk “Bima” karena hemat energi.
29. Mendengarkan ombak pada hampirku
Debur-mendebur kiri dan kanan
Melagukan sunyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Maksud yang terkandung dalam puisi di atas adalah .…
A. melukiskan lautan yang ganas
B. seseorang yang hampir terhempas ombak
C. seseorang yang sedang menikmati keindahan pantai
D. kerinduan yang dilambangkan dengan lautan
E. kerinduan pengarang pada tanah kelahirannya
30. Kita tidak ... beratnya sanksi bagi pelanggar ... lalu lintas karena hal itu ... bukan merupakan sumber masalah.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang tersebut adalah ....
A. dipersoalkan, pengaturan, pembenarannya
B. mempersoal, pengaturan, kebenarannya
C. mempersoali, peraturan, dibenarkannya
D. mempersoalkan, peraturan, sebenarnya
E. dipersoalkan, perautan, sebenar-benarnya
II. Uraian (Total nilai 22)
31. Perhatikan karikatur di bawah ini.
Pencuri Semangka Dihukum 15 Hari Penjara
16/12/2009 18:10
Liputan6.com, Kediri: Dua terdakwa pencuri buah semangka di Kediri, Jawa Timur, Basar Suyanto dan Kholil, Rabu (16/12) siang tadi, dijatuhi hukuman penjara 15 hari oleh Pengadilan Negeri Kediri [baca: Terdakwa Pencuri Semangka Dituntut Dua Bulan]. Majelis Hakim yang dipimpin Roro Budiarti memutuskan, keduanya terbukti melanggar pasal 363 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yakni pencurian yang memberatkan.
Buatlah tanggapan berupa paragraf argumentasi berdasarkan karikatur di atas. Kaitkan juga tanggapan tersebut dengan konteks berita yang disajikan di sampingnya. Panjang tanggapan minimal lima kalimat. (Nilai 5)
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
32. Jelaskan proses pembentukan kata-kata (pengimbuhan) di bawah ini, lalu buatlah contoh kalimatnya. (Nilai 4)
Me- + Sapa Menyapa
Contoh kalimat: Pada Sabtu pekan depan, Grup band “The Sukses Makmur” akan kembali menyapa para penggemarnya di Kota Kembang.
Me- + Pesona
Contoh kalimat: _______________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
Me- + -Kan + Transformasi
Contoh kalimat: _______________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
33. “Tahan orang-orang itu!” ujarnya.
Apa makna kata tahan yang terdapat pada kalimat di atas? (Nilai 2)
Tahan : ________________________________________________________________________
Tahan : ________________________________________________________________________
34. Perempuan itu tinggi semampai jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita Uzbekistan.
Bubuhkan tanda baca yang tepat pada paragraf tersebut. Tanda “/” sebagai pengganti koma dan tanda “//” sebagai pengganti titik. (Nilai 2)
Berdasarkan jenisnya, paragraf di atas termasuk paragraf (Nilai 1) ___________________________
35. (1) Keduanya termasuk kota besar bahkan sebagai ibukota provinsi.
(2) Kota Jakarta dan Bandung mempunyai persamaan dan perbedaan.
(3) Ditinjau dari suasana, Jakarta bersuhu panas, sedangkan Bandung sejuk.
(4) Di samping itu, Kota Jakarta memiliki peran lain, yaitu sebagai ibu kota negara.
Urutan yang tepat agar kalimat-kalimat di atas menjadi sebuah paragraf yang koheren adalah (Nilai 2) ______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
Kemukakan simpulan dari wacana tersebut dengan menggunakan bahasamu sendiri (Nilai 2) __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
36. Liga Inggris kini disebut-sebut sebagai liga sepakbola terbaik dunia. Namun Fabio Capello mengaku tidak puas dengan kompetisi itu lantaran minimnya pemain lokal.
Premiership berulang-ulang jadi sorotan tajam lantaran banyaknya jumlah pemain asing. Meskipun hal itu secara signifikan mendongrak prestasi klub-klub Inggris di Eropa, tetap saja ada protes yang muncul karena kurangnya kesempatan buat pemain lokal.
Akan tetapi, jika dilihat dari sisi lain, membanjirnya pemain asing justru berdampak buruk untuk timnas Inggris. Di level internasional, Inggris yang disebut-sebut sebagai negara asal sepakbola justru melempem.
Buatlah dua pertanyaan yang jawabannya terdapat pada wacana di atas. (Nilai 2)
1) ______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
2) ______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Tentukan judul yang tepat untuk wacana di atas (Nilai 2)___________________________________
______________________________________________________________________________________
III. Menjodohkan (Total nilai 8)
37. _______ sikap, pandangan atau tanggapan seseorang terhadap suatu fakta dan nilai kebenarannya relatif karena dipengaruhi unsur pribadi yang bersifat subjektif.
38. _______ pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan (surat kabar) terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
39. _______ seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok.
40. ______ paragraf yang memaparkan/menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
41. ______ paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang dialami tokoh.
42. ______ morfem terikat yang digunakan dalam bentuk kata dasar untuk membentuk suatu kata yang terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks).
43. ________ kalimat yang mengandung makna ganda atau lebih dari satu, baik karena struktur kalimatnya maupun karena penggunaan katanya.
44. _______ kepaduan atau kekompakan hubungan antarakalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut.
Tahun Pelajaran 2009 – 2010
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Waktu : 90 Menit
Nama : ________________
Kelas : 11 _____
Hari/tanggal : ________________
I. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar.(Nilai 1 x 30)
1. (1) Menurut seorang developer, pengembangan agrobisnis dan agroindustri merupakan tuntunan perkembangan logis. (2) Pengembangan telah dilanjutkan sesuai dengan wujud kesinambungan penganekaragaman dan pengalaman pertanian. (3) Telah pula dilaksanakan pengembangan di beberapa wilayah. (4) Hasil yang dicapai mengesankan dan memuaskan.
Kalimat pernyataan di atas yang berupa opini terdapat pada nomor ….
A. (1) dan (4) D. (2) dan (4)
B. (1) dan (3) E. (3) dan (4)
C. (2) dan (3)
2. Jika hari rembang petang
tidak berani permainan bakal selesai
dan boleh ditinggalkan gelanggang
hanya peranan berputar dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar
Amanat yang terkandung dalam penggalan puisi di atas adalah …
A. Hari sudah sore.
B. Penonton itu ada di luar.
C. Permainan belum selesai.
D. Kehidupan belum selesai.
E. Kehidupan akan berubah.
3. Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
“Ini dari kami bertiga
pita hitam pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
bagi kakak yang tertembak mati siang tadi”
Taufik Ismail
Masalah sosial yang tepat terungkap dalam puisi di atas adalah ….
A. anak kecil yang malu-malu
B. rasa duka yang dalam atas pengorbanan seseorang
C. terjadi penembakan di Salemba
D. pengiriman karangan bunga atas meninggalnya seseorang
E. kesedihan anak kecil melihat kakaknya ditembak
4. Kalimat tanya di bawah ini menanyakan tempat, kecuali ….
A. Ke mana ia pergi ?
B. Di mana rumah pamanmu ?
C. Setting lakon itu terjadi di mana ?
D. Mana pekerjaan rumah yang sudah kau kerjakan ?
E. Ke mana saja ia mencari data itu ?
5. Lapangan pekerjaan belum terbuka lebar, sehingga pengangguran makin tak terkendalikan.
Makna imbuhan per-an dan pe-an pada kata pekerjaan dan pengangguran adalah
A. tempat, keadaan
B. proses, hasil
C. peristiwa, proses
D. alat, malas
E. tempat, hal perbuatan
6. Yang termasuk kalimat langsung di bawah ini adalah …
A. Bagaimanakah kesehatannya ?
B. “Kak, kau dipanggil Ibu !” , kata Deni, “ disuruh makan”.
C. Ayah menyuruhku untuk mengantarkan surat ini ke kantornya.
D. Jikalau orang tuanya masih hidup, tak akan terlantar anak itu.
E. Walaupun Rudi mendapat nilai buruk, namun ia tidak patah hatinya.
7. PERTEMUAN
Meniti tasbih
Malam pelan-pelan
Dan burung pedasih
Menggaris gelap di kejauhan
Kemudian adalah pesona
Wajah-Nya tersandar ke kaca jendela
Memandang kita, memandang kita lama-lama
Demikianlah sunyi telah dititahkan
Dan demikian pula manusia
Dikirim ke bumi yang terbentang
Dari surga
Yang telah dititipkan. Dan kini tinggallah
Cinta yang mencar-mancar dari sunyi kaca jendela
Goenawan Mohamad
Puisi di atas mengandung makna tentang ….
A. manusia yang selalu bertasbih pada malam hari
B. manusia yang ingin bertemu dengan Tuhannya melalui zikir
C. manusia yang menyandarkan diri di kaca jendela
D. tuhan telah menurunkan nabi dan manusia
E. manusia yang dititipkan ke bumi dan masuk surga
8. Melihat lukisan itu ia terpesona.
Makna imbuhan ter- pada kalimat di atas semakna dengan kalimat …
A. Karangan terbaik akan mendapat hadiah.
B. Bukunya terbawa oleh Dini Herawati.
C. Dia mati terbunuh tadi malam.
D. Gadis itu tersenyum manis saat kusalami.
E. Peti seberat itu terangkat oleh kakek.
9. Musim kompetisi 2009/2010 belum juga berakhir, tetapi Inter Milan sudah mendapatkan pemain baru. Adalah Ederson Honorato yang berhasil didatangkan juara Liga Italia musim lalu itu. Sebelumnya, penyerang asal Brasil itu memperkuat Nice. Ederson yang berusia 21 tahun itu bergabung dengan Nice dua musim lalu. Saat itu, Inter Milan sebenarnya sudah berniat membawanya ke Stadion San Siro, tetapi Nice lebih menjadi pilihan Ederson.
Kalimat utama paragraf tersebut adalah ...
A. Musim kompetisi 2009/2010 belum juga berakhir, tetapi Inter Milan sudah mendapatkan pemain baru.
B. Ederson Honorato yang sebelumnya memperkuat Nice, berhasil didatangkan juara Liga Italia.
C. Ederson Honorato yang berusia 21 tahun itu bergabung dengan Nice dua musim lalu.
D. Inter Milan sebenarnya sudah berniat membawanya ke Stadion San Siro, namun Nice lebih menjadi pilihan Ederson.
E. Inter Milan sudah berniat merekrut Ederson Honorato, tetapi baru tahun ini tercapai.
10. Andi kuliah di Universitas Indonesia tahun pertama. Menjelang ujian akhir semester, dia memerlukan dana yang cukup besar untuk membeli buku-buku dan pembayar uang ujian. Andi ingin mengirim surat kepada ayahnya.
Kalimat yang santun sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah …
A. Ayah, segera kirim uang secepatnya untuk pembeli buku-buku dan bayar uang ujian.
B. Ayah, mohon dikirim uang untuk membeli buku dan membayar uang ujian Ananda.
C. Ayah, hari ini kirim uang untuk uang ujian dan pembayaran administrasi segera.
D. Ayah, saya memerlukan uang untuk ujian, tolong dikirim uang, ya! Juga untuk beli buku.
E. Ayah, saya tunggu kiriman uang dari ayah segera untuk beli buku dan bayar ujian.
11. Hadirin yang saya hormati dalam kesempatan ini saya akan membahas “Perlunya Keseimbangan Antara Kebutuhan Jasmani dan Rohani.” 1). Manusia terdiri atas jasmani dan rohani. Jika keduanya berpisah maka seseorang tidak dikatakan manusia lagi, tetapi berubah menjadi mayat. 2). Baik jasmani maupun rohani keduanya membutuhkan makanan dan keduanya akan merasakan sakit dan sehat. 3) Makanan jasmani hendaknya sesuai dengan sifat jasmani itu sendiri yaitu bersifat fisik dan materi,(4) sedangkan makanan rohani yaitu spiritual atau rohani. 5).
Kalimat yang isinya bersifat persuasif atau menyatakan imbauan dalam penggalan naskah pidato di atas adalah ...
A. nomor 1
B. nomor 2
C. nomor 3
D. nomor 4
E. nomor 5
12. Salah satu peninggalan perang dunia kedua di Irian adalah Goa Jepang. Goa itu terletak di bukit-bukit tandus jauh dari kota Biak. Di dekat goa masih bertebaran bangkai meriam raksasa Jepang yang dahulu digunakan … melindungi pangkalan militer Biak … amat strategis letaknya itu.
Kata penghubung yang paling tepat untuk melengkapi paragraf di atas adalah…
A. dalam, sehingga
B. memang, telah
C. untuk, yang
D. guna, lalu
E. serta, yang
13. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah …
A. Membuat kesimpulan materi.
B. Mengenal nara sumber dengan baik..
C. Menggambarkan kejiwaan seseorang.
D. Menguasai materi yang dipercakapkan.
E. Mengatasi masalah dalam waktu yang singkat.
14.
1. Pikirkan informasi apa saja yang ingin kita peroleh.
2. Hubungilah dahulu instansi-instansi yang akan kita datangi.
3. Rumuskanlah tujuan wawancara yang akan kita laksanakan.
4. Adakan pembagian tugas untuk masing-masing kelompok sesuai dengan kegiatan yang akan kita laksanakan.
5. Pilihlah lokasi atau tempat-tempat untuk mengadakan wawancara.
Susunan rencana di atas jika kita akan melakukan wawancara dengan suatu kelompok adalah ….
A. 1, 2, 3, 4 dan 5
B. 5, 2, 1, 4, dan 3
C. 2, 1, 4, 3, dan 5
D. 3, 5, 2, 1, dan 4
E. 4, 2, 3, 1, dan 5
15. Bahasa baku digunakan dalam hal-hal di bawah ini, kecuali ….
A. Karangan narasi fiksi dan deskripsi.
B. Komunikasi resmi dalam surat menyurat resmi.
C. Wacana teknis seperti laporan, makalah atau karangan ilmiah.
D. Pembicaraan di depan umum seperti pidato dan ceramah.
E. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
16. Pasien yang berobat dan dirawat inap di Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar tidak dilayani dengan ramah. Dokter yang seharusnya rutin memeriksa kondisi pasien sering tidak tepat waktu. Para perawat yang merawat pasien tidak berwajah ramah. Fasilitas dan peralatan yang dimiliki tidak lengkap sehingga banyak pasien yang berpindah ke rumah sakit lain. ...
Kalimat ajakan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah ...
A. Pasien yang akan masuk ke Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar hendaknya berpikir dulu.
B. Rumah Sakit Dharma Yadnya harus segera menambah fasilitas dan peralatan medis.
C. Para dokter dan suster Rumah Sakit Dharma Yadnya perlu segera diganti.
D. Tambahkan fasilitas dan tingkatkan pelayanan di Rumah Sakit Dharma Yadnya.
E. Turunkan biaya perawatan agar pasien tidak pindah ke rumah sakit lain.
17. Bertanam padi di sawah tanpa olah tanah hampir sama dengan penanaman padi konvensional. Bedanya hanya terdapat pada penyiapan lahan. Kalau di sawah, tanah dipersiapkan dengan dibajak terlebih dahulu. Memang lebih praktisi sawah, tanpa olah tanah dan menghemat tenaga kerja. Menyingkirkan gulma pun dapat dilakukan dengan racun serangga.
Penggunaan istilah yang tidak tepat dalam paragraf tersebut adalah ...
A. Konvensional
B. lahan
C. dibajak
D. praktisi
E. gulma
18. Tujuan wawancara : mengetahui tujuan, persiapan pelaksanaan, sumber dana kegiatan pentas seni.
Nara sumber : guru kesenian
Pewawancara : Andi (seksi majalah dinding sekolah)
Salah satu kalimat tanya yang sesuai diajukan pewawancara adalah ...
A. Apakah pelaksanaan pentas seni sudah anda pikirkan masak-masak?
B. Bagaimana dampak pentas seni terhadap kreativitas siswa ini, Bu?
C. Bagaimana cara ibu mendapatkan dana untuk pembiayaan pentas seni ini?
D. Bagaimana pendapat ibu terhadap pentas seni ini?
E. Apakah Ibu senang dan selalu termotivasi untuk melaksanakan pentas seni disekolah ini?
19. Pelanggaran lalu lintas sering dilakukan. Pelanggaran itu contohnya menyeberang tidak di tempat yang sudah disediakan. Bus menghentikan mobil sekehendak hati supir. Pengendara kendaraan bermotor sering ngebut. Pengendara juga banyak yang tidak memiliki SIM.
Jenis paragraf tersebut adalah ....
A. narasi D. argumentasi
B. eksposisi E. deskripsi
C. persuasi
20. Kalangan aktivis yang tergabung dalam forum NGO Kota Tangerang menilai Dinas Lingkungan Hidup masih kurang responsif dalam melibatkan masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Mereka juga menganggap komisi penilai amdal (analisis dampak lingkungan) kurang transparan dalam mengomunikasikan hasil analisisnya. Jika keadaan ini berlanjut kelestarian lingkungan akan terancam dan masyarakat juga akan menanggung penderitaan ...
Kalimat persuasif yang tepat untuk melengkapi paragraf di atas adalah ...
A. Oleh karena itu, masyarakat pun harus dilibatkan dalam melestarikan lingkungan.
B. Sebaiknya masyarakat dan penilai amdal bekerja sama untuk melestarikan lingkungan dengan penuh tanggung jawab.
C. Dinas lingkungan hendaknya dapat memotivasi seluruh lapisan masyarakat untuk aktif melestarikan lingkungan.
D. Dengan demikian, pelestarian lingkungan tidak akan terwujud bila masyarakat tidak dilibatkan.
E. Jadi pelestarian lingkungan akan terwujud bila masyarakat aktif berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan.
21. Pada tahun 1952, Clifford Geert memopulerkan tipologi santri, abangan, dan priyayi sebagai kategori sosial yang ada dalam masyarakat Jawa. Menurut Parsudi Suparlan, pengategorian tersebut dibuat bukan sebagai sesuatu yang bertentangan, tetapi justru untuk memperlihatkan adanya saling ketergantungan di antara ketiganya.
Sastro ingin anak cucunya mengerti bahwa hidup sebagai priyayi adalah mengabdi dan setia kepada raja dan negara. Ketergantungan ketiga kategori tersebut, terwujud dalam kehidupan birokrasi kota. Meskipun demikian, sampai saat ini polemik belum juga selesai dalam masyarakat Jawa.
Kalimat yang tidak koheren dalam paragraf tersebut, terdapat pada kalimat urutan ...
A. pertama
B. kedua
C. ketiga
D. keempat
E. kelima
22. Ketika aku belajar bahasa Indonesia, tiba-tiba perutku sakit.
Kata penghubung yang fungsinya sama dengan kata penghubung dalam kalimat di atas adalah ...
A. Sebelum mengerjakan soal, bacalah soal ini baik-baik !
B. Saya berjalan kaki ke sekolah sampai kakiku pegal.
C. Kita belajar giat untuk meraih masa depan yang cemerlang.
D. Dia marah dengan memukulkan tinjunya ke tembok.
E. Orang itu mengatakan bahwa anaknya mendapatkan musibah.
23. Persembunyian para perampok itu telah tercium polisi.
Imbuhan ke-an yang semakna dengan imbuhan per-an di atas adalah ...
A. Kesehatan anak itu sudah agak baik.
B. Semalam saya ketiduran di kursi tamu.
C. Pipinya kemerah-merahan karena malu.
D. Sepatu yang dipakainya kebesaran.
E. Kecamatan Sukaraja telah dimekarkan.
24. Tarif parkir di rumah sakit akan ditentukan pemerintah DKI.
Pemenggalan frase yang tepat pada kalimat di atas adalah ...
A. Tarif/ parkir/ di rumah sakit/ akan ditentukan/ pemerintah DKI.
B. Tarif parkir/ di rumah/ sakit/ akan ditentukan/ pemerintah DKI.
C. Tarif parkir/ di rumah sakit/ akan ditentukan/ pemerintah DKI.
D. Tarif parkir/ di rumah sakit/ akan/ ditentukan/ pemerintah DKI.
E. Tarif parkir/ di rumah sakit/ akan ditentukan/ pemerintah/ DKI.
25. Istri tentara yang baik itu sangat dihormati tetangga.
Perbaikan kalimat di atas agar tidak ambigu adalah ...
A. Istri yang baik itu sangat dihormati tetangga tentara.
B. Istri tentara itu sangat dihormati tetangga yang baik.
C. Tentara yang baik itu sangat dihormati istri tetangga.
D. Tentara yang baik itu sangat dihormati tetangga.
E. Tentara itu sangat dihormati istri tentara.
26. SELAMAT TINGGAL
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
Dalam hatiku ?
Apa hanya angin lalu ?
Chairil Anwar
Tema puisi tersebut adalah ...
A. kelukaan hati
B. kecamuk dalam hati
C. permasalahan yang berat
D. pengintrospeksian diri
E. persoalan yang beruntun
27. “Menjadi apa ?” tanya Pak SBY kepada seorang anak dari Kalsel yang tidak memperkenalkan namanya.
“Ya … menjadi presiden seperti Bapak,” kata anak itu.
“Bagus. Tapi presiden itu ada satu. Seluruh Indonesia presidennya hanya satu. Jadi harus direbutin oleh 250 juta. Setidak-tidaknya yang sudah berumur 30 tahun ke atas.”
Pokok persoalan dalam dialog SBY dengan anak dari Kalsel tersebut adalah ….
A. angan-angan
B. cita-cita
C. khayalan
D. peranan
E. impian
28. Pemanfaatan energi telah diupayakan melalui pengelolaan energi hemat dan efisien sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup untuk jangka panjang. Penganekaragaman sumber energi melalui penemuan dan pemasyarakatan sumber energi alternatif telah mulai digalakkan. Diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan energi yang memenuhi syarat, aman, adil, dan terjangkau daya beli rakyat.
Kalimat persuasif yang sesuai dengan ilustrasi di atas adalah…
A. Gunakanlah barang-barang atau keperluan rumah tangga yang hemat energi.
B. Kita bersama-sama menghemat energi.
C. Hemat energi menunjang masa depan cerah.
D. Tidak menghidupkan TV maupun peralatan yang lainnya termasuk hemat energi.
E. Belilah panci produk “Bima” karena hemat energi.
29. Mendengarkan ombak pada hampirku
Debur-mendebur kiri dan kanan
Melagukan sunyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Maksud yang terkandung dalam puisi di atas adalah .…
A. melukiskan lautan yang ganas
B. seseorang yang hampir terhempas ombak
C. seseorang yang sedang menikmati keindahan pantai
D. kerinduan yang dilambangkan dengan lautan
E. kerinduan pengarang pada tanah kelahirannya
30. Kita tidak ... beratnya sanksi bagi pelanggar ... lalu lintas karena hal itu ... bukan merupakan sumber masalah.
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang tersebut adalah ....
A. dipersoalkan, pengaturan, pembenarannya
B. mempersoal, pengaturan, kebenarannya
C. mempersoali, peraturan, dibenarkannya
D. mempersoalkan, peraturan, sebenarnya
E. dipersoalkan, perautan, sebenar-benarnya
II. Uraian (Total nilai 22)
31. Perhatikan karikatur di bawah ini.
Pencuri Semangka Dihukum 15 Hari Penjara
16/12/2009 18:10
Liputan6.com, Kediri: Dua terdakwa pencuri buah semangka di Kediri, Jawa Timur, Basar Suyanto dan Kholil, Rabu (16/12) siang tadi, dijatuhi hukuman penjara 15 hari oleh Pengadilan Negeri Kediri [baca: Terdakwa Pencuri Semangka Dituntut Dua Bulan]. Majelis Hakim yang dipimpin Roro Budiarti memutuskan, keduanya terbukti melanggar pasal 363 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yakni pencurian yang memberatkan.
Buatlah tanggapan berupa paragraf argumentasi berdasarkan karikatur di atas. Kaitkan juga tanggapan tersebut dengan konteks berita yang disajikan di sampingnya. Panjang tanggapan minimal lima kalimat. (Nilai 5)
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
32. Jelaskan proses pembentukan kata-kata (pengimbuhan) di bawah ini, lalu buatlah contoh kalimatnya. (Nilai 4)
Me- + Sapa Menyapa
Contoh kalimat: Pada Sabtu pekan depan, Grup band “The Sukses Makmur” akan kembali menyapa para penggemarnya di Kota Kembang.
Me- + Pesona
Contoh kalimat: _______________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
Me- + -Kan + Transformasi
Contoh kalimat: _______________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
33. “Tahan orang-orang itu!” ujarnya.
Apa makna kata tahan yang terdapat pada kalimat di atas? (Nilai 2)
Tahan : ________________________________________________________________________
Tahan : ________________________________________________________________________
34. Perempuan itu tinggi semampai jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita Uzbekistan.
Bubuhkan tanda baca yang tepat pada paragraf tersebut. Tanda “/” sebagai pengganti koma dan tanda “//” sebagai pengganti titik. (Nilai 2)
Berdasarkan jenisnya, paragraf di atas termasuk paragraf (Nilai 1) ___________________________
35. (1) Keduanya termasuk kota besar bahkan sebagai ibukota provinsi.
(2) Kota Jakarta dan Bandung mempunyai persamaan dan perbedaan.
(3) Ditinjau dari suasana, Jakarta bersuhu panas, sedangkan Bandung sejuk.
(4) Di samping itu, Kota Jakarta memiliki peran lain, yaitu sebagai ibu kota negara.
Urutan yang tepat agar kalimat-kalimat di atas menjadi sebuah paragraf yang koheren adalah (Nilai 2) ______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
Kemukakan simpulan dari wacana tersebut dengan menggunakan bahasamu sendiri (Nilai 2) __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
36. Liga Inggris kini disebut-sebut sebagai liga sepakbola terbaik dunia. Namun Fabio Capello mengaku tidak puas dengan kompetisi itu lantaran minimnya pemain lokal.
Premiership berulang-ulang jadi sorotan tajam lantaran banyaknya jumlah pemain asing. Meskipun hal itu secara signifikan mendongrak prestasi klub-klub Inggris di Eropa, tetap saja ada protes yang muncul karena kurangnya kesempatan buat pemain lokal.
Akan tetapi, jika dilihat dari sisi lain, membanjirnya pemain asing justru berdampak buruk untuk timnas Inggris. Di level internasional, Inggris yang disebut-sebut sebagai negara asal sepakbola justru melempem.
Buatlah dua pertanyaan yang jawabannya terdapat pada wacana di atas. (Nilai 2)
1) ______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
2) ______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Tentukan judul yang tepat untuk wacana di atas (Nilai 2)___________________________________
______________________________________________________________________________________
III. Menjodohkan (Total nilai 8)
37. _______ sikap, pandangan atau tanggapan seseorang terhadap suatu fakta dan nilai kebenarannya relatif karena dipengaruhi unsur pribadi yang bersifat subjektif.
38. _______ pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan (surat kabar) terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
39. _______ seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok.
40. ______ paragraf yang memaparkan/menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
41. ______ paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang dialami tokoh.
42. ______ morfem terikat yang digunakan dalam bentuk kata dasar untuk membentuk suatu kata yang terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks).
43. ________ kalimat yang mengandung makna ganda atau lebih dari satu, baik karena struktur kalimatnya maupun karena penggunaan katanya.
44. _______ kepaduan atau kekompakan hubungan antarakalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut.
Kamis, 25 Maret 2010
Yang Penting lulus
Tulisan ini, sepenuhnya saya kutip dari Hermawan Aksan, Wartawan Tribun.
PADA hari pertama ujian nasional (UN), Senin lalu, saya menulis status di Facebook kalimat sebagai berikut: "Kata-kata para pejabat (menteri, gubernur, bupati, wali kota, kadisdik, kepsek, dll) seragam: dijamin tidak ada kebocoran UN. Anda percaya?"
Dalam hitungan beberapa menit, bermunculan aneka komentar. Komentar pertama berbunyi sangat tegas: "Tentu tidaaaakkkk...!!!" Komentar kedua juga terkesan tegas:
"Tidak, tapi meungpeun carang ku ayakan." Ungkapan Sunda meungpeun carang ku ayakan artinya "pura-pura tidak tahu terhadap perbuatan yang tidak baik."
Komentar berikutnya terkesan ragu: "Mungkin ya, mungkin tidak... penuh tanda tanya."
Lalu ada lagi komentar: "Omong kosong, padahal mereka pasti yakin ada kebocoran."
Tentu saja komentar-komentar itu belum bisa dianggap sebagai hasil survei yang sahih.
Lagi pula, sebagian komentar bernada canda, atau benar-benar hanya bercanda. Namun banyak juga yang serius. Yang jelas, sebagian besar menyuarakan komentar senada: tidak percaya bahwa tidak ada kebocoran dalam UN.
Pada hari itu juga muncul berita di sejumlah media online, tentang dugaan kecurangan UN di Medan dan sekitarnya. Koordinator Komunitas Air Mata Guru (KAMG) Abdi Saragih menjelaskan, hari Minggu (21/3) pihaknya memperoleh salinan soal UN mata pelajaran Biologi, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi dari seorang joki.
Joki itu mendapatkannya dari seorang oknum di Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang. "Soal-soal UN itu sama persis dengan soal UN yang diujikan keesokan harinya. Info kebocoran soal itu sudah kami terima sejak dua pekan lalu, tetapi baru semalam kami bisa memperoleh buktinya," ujar Abdi.
Pada hari kedua UN, muncul kabar bahwa naskah soal UN 2010 untuk mata uji Bahasa Inggris bocor di Pontianak. Mata uji ini baru diujikan Selasa, tapi di beberapa tempat di kota ini Senin siang sudah beredar fotokopi soal yang diduga sama dengan naskah soal asli. Menurut seorang guru, di kalangan siswa harga fotokopi soal UN tersebut Rp 10 ribu hingga Rp 90 ribu.
Pada hari itu juga ada kabar, Ahmad Zainuddin, anggota Komisi X dari FPKS DPR RI, mengaku mendapat laporan bahwa di Bekasi soal UN bocor ke tangan guru lalu jawaban disebarkan kepada peserta ujian. Bocoran soal dilakukan secara massif dan terorganisir dengan rapi.
Dan hari ketiga UN di Kota Bandung diwarnai temuan Komite Independen Pemantau UN (KIPUN) bahwa di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, pukul 06.00, sejumlah siswa berkumpul untuk saling bertukar kunci jawaban soal UN.
Ketika kabar ini saya jadikan status di FB saya, lagi-lagi bermunculan komentar yang menarik. Salah satunya berbunyi begini: "Sebagian besar anak-anak yang kutanya menjawab lebih baik nyontek dan lulus daripada jujur dan tidak lulus... sedih dengernya... 'lulus' telah mengalahkan 'jujur'."
Seorang teman dengan "sadis" mengatakan, "Kecurangan UN itu sistematis, melibatkan disdik, komite independen, kepala sekolah, para guru, dan lain-lain. Semua saling membutuhkan sehingga sulit diungkap."
Ah, masa, sih? (*)
PADA hari pertama ujian nasional (UN), Senin lalu, saya menulis status di Facebook kalimat sebagai berikut: "Kata-kata para pejabat (menteri, gubernur, bupati, wali kota, kadisdik, kepsek, dll) seragam: dijamin tidak ada kebocoran UN. Anda percaya?"
Dalam hitungan beberapa menit, bermunculan aneka komentar. Komentar pertama berbunyi sangat tegas: "Tentu tidaaaakkkk...!!!" Komentar kedua juga terkesan tegas:
"Tidak, tapi meungpeun carang ku ayakan." Ungkapan Sunda meungpeun carang ku ayakan artinya "pura-pura tidak tahu terhadap perbuatan yang tidak baik."
Komentar berikutnya terkesan ragu: "Mungkin ya, mungkin tidak... penuh tanda tanya."
Lalu ada lagi komentar: "Omong kosong, padahal mereka pasti yakin ada kebocoran."
Tentu saja komentar-komentar itu belum bisa dianggap sebagai hasil survei yang sahih.
Lagi pula, sebagian komentar bernada canda, atau benar-benar hanya bercanda. Namun banyak juga yang serius. Yang jelas, sebagian besar menyuarakan komentar senada: tidak percaya bahwa tidak ada kebocoran dalam UN.
Pada hari itu juga muncul berita di sejumlah media online, tentang dugaan kecurangan UN di Medan dan sekitarnya. Koordinator Komunitas Air Mata Guru (KAMG) Abdi Saragih menjelaskan, hari Minggu (21/3) pihaknya memperoleh salinan soal UN mata pelajaran Biologi, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi dari seorang joki.
Joki itu mendapatkannya dari seorang oknum di Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang. "Soal-soal UN itu sama persis dengan soal UN yang diujikan keesokan harinya. Info kebocoran soal itu sudah kami terima sejak dua pekan lalu, tetapi baru semalam kami bisa memperoleh buktinya," ujar Abdi.
Pada hari kedua UN, muncul kabar bahwa naskah soal UN 2010 untuk mata uji Bahasa Inggris bocor di Pontianak. Mata uji ini baru diujikan Selasa, tapi di beberapa tempat di kota ini Senin siang sudah beredar fotokopi soal yang diduga sama dengan naskah soal asli. Menurut seorang guru, di kalangan siswa harga fotokopi soal UN tersebut Rp 10 ribu hingga Rp 90 ribu.
Pada hari itu juga ada kabar, Ahmad Zainuddin, anggota Komisi X dari FPKS DPR RI, mengaku mendapat laporan bahwa di Bekasi soal UN bocor ke tangan guru lalu jawaban disebarkan kepada peserta ujian. Bocoran soal dilakukan secara massif dan terorganisir dengan rapi.
Dan hari ketiga UN di Kota Bandung diwarnai temuan Komite Independen Pemantau UN (KIPUN) bahwa di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, pukul 06.00, sejumlah siswa berkumpul untuk saling bertukar kunci jawaban soal UN.
Ketika kabar ini saya jadikan status di FB saya, lagi-lagi bermunculan komentar yang menarik. Salah satunya berbunyi begini: "Sebagian besar anak-anak yang kutanya menjawab lebih baik nyontek dan lulus daripada jujur dan tidak lulus... sedih dengernya... 'lulus' telah mengalahkan 'jujur'."
Seorang teman dengan "sadis" mengatakan, "Kecurangan UN itu sistematis, melibatkan disdik, komite independen, kepala sekolah, para guru, dan lain-lain. Semua saling membutuhkan sehingga sulit diungkap."
Ah, masa, sih? (*)
Selasa, 23 Maret 2010
Menertawakan Diri Sendiri
"Sebuah bangsa tidak akan menjadi bangsa yang besar apabila tidak pernah melihat ke belakang," Ujar seorang rekan kerjaku menirukan perkataan Obama ketika diwawancara eksklusif oleh sebuah stasiun televisi.
Dia bangga sekali menirukan itu. Seolah menemukan sesuatu yang baru di tengah krisis kepercayaan diri bangsa ini. Dia seolah benar-benar kagum terhadap pernyataan presiden yang konon memiliki keterikatan erat dengan Indonesia.
Padahal, sebelum Obama berbicara seperti itu, lebih dari setengah abad yang lalu, Presiden pertama kita, Ir Soekarno, telah mengatakan, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya."
Jadi ingin tertawa melihat kelakuan kawan tersebut. Dia bangga dengan perkataan yang menurutnya seperti oase di padang pasir. Dia bangga karena yang mengatakan itu adalah seorang sosok besar dari negara luar.
Ironi, karena dia sendiri telah lupa pada sejarah bangsanya....
Dia bangga sekali menirukan itu. Seolah menemukan sesuatu yang baru di tengah krisis kepercayaan diri bangsa ini. Dia seolah benar-benar kagum terhadap pernyataan presiden yang konon memiliki keterikatan erat dengan Indonesia.
Padahal, sebelum Obama berbicara seperti itu, lebih dari setengah abad yang lalu, Presiden pertama kita, Ir Soekarno, telah mengatakan, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya."
Jadi ingin tertawa melihat kelakuan kawan tersebut. Dia bangga dengan perkataan yang menurutnya seperti oase di padang pasir. Dia bangga karena yang mengatakan itu adalah seorang sosok besar dari negara luar.
Ironi, karena dia sendiri telah lupa pada sejarah bangsanya....
Dongeng dari Jawa Barat
Kisah Telaga Warna
Kalau kita pergi ke daerah Puncak, Jawa Barat, di sana terdapat sebuah telaga yang bila dilihat pada hari cerah akan terkesan airnya berwarna-warni. Telaga itu namanya Telaga Warna dan konon merupakan air mata tangisan seorang ratu.
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.
Dikisahkan kembali oleh: Renny Yaniar
Kalau kita pergi ke daerah Puncak, Jawa Barat, di sana terdapat sebuah telaga yang bila dilihat pada hari cerah akan terkesan airnya berwarna-warni. Telaga itu namanya Telaga Warna dan konon merupakan air mata tangisan seorang ratu.
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.
Dikisahkan kembali oleh: Renny Yaniar
Kamis, 18 Maret 2010
Unsur-Unsur Intrinsik
RINGKASAN MATERI
Nama: _____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: _______________________
MADANIA
Kelas 12
UNSUR-UNSUR INTRINSIK
PROSA CERITA
Pengantar
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari
a. Tokoh dan penokohan/perwatakan tokoh
b. Tema dan amanat
c. Latar
d. Alur
e. Sudut pandang/gaya penceritaaan
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur tersebut
I. TOKOH
Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b. Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
II. PENOKOHAN
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c. Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.
III. ALUR
Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a. Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
b. Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
c. Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Struktur Alur
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a. Bagian awal
1. paparan (exposition)
2. rangkasangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
b. Bagian tengah
4. tikaian (conflict)
5. rumitan (complication)
6. klimaks
c. Bagian akhir
7. leraian (falling action)
8. selesaian (denouement)
Bagian Awal Alur
Jika cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian dikatakan bahwa cerita itu dudun in medias res.
Penyampaian informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing), yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.
Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.
Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a. faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b. Faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.
Selain itu ada hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Macam Alur
Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
a. alur berdasarkan urutan waktu
b. alur berdasarkan urutan sebab-akibat
c. alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Dalam hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.
IV. LATAR
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
MACAM LATAR
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2. Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.
FUNGSI LATAR
Ada beberapa fungsi latar, antara lain
1. memberikan informasi situasi sebagaimana adanya
2. memproyeksikan keadaan batin tokoh
3. mencitkana suasana tertentu
4. menciptakan kontras
V. TEMA DAN AMANAT
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Ada beberapa macam tema, yaitu
a. Ada tema didaktis, yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan
b. Ada tema yang dinyatakan secara eksplisit
c. Ada tema yang dinyatakan secara simbolik
d. Ada tema yang dinyatakan dalam dialog tokoh utamanya
Dalam menentukan tema cerita, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
a. ninat pribadi
b. selera pembaca
c. keinginan penerbit atau penguasa
Kadang-kadang terjadi perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh pengarang dengan gagasan yang dipahami oleh pembaca melalui karya sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut) disebut makna niatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makna aniatan kadang-kadang tidak sama dengan makna muatan
a. pengarang kurang pandai menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya.
b. Beberapa pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan adalah bahwa penafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di dalam karya sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam suatu karya sastra ada tema sentral dan ada pula tema samapingan. Yang dimaksud tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Yang dimaksud tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Ada tema yang terus berulang dan dikaitkan dengan tokoh, latar, serta unsur-unsur lain dalam cerita. Tema semacam itu disebut leitmotif. Leitmotif ini mengantar pembaca pada suatu amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
VI. POINT OF VIEW
Bennison Gray membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang ketiga.
1. Pencerita orang pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
b. Pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2. Pencerita orang ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
b. Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.
Jakob Sumardjo membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a. Sudut penglihatan yang berkuasa (omniscient point of view). Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya.
b. Sudut penglihatan obyektif (objective point of view). Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang.
c. Point of view orang pertama. Pengarang sebagai pelaku cerita.
d. Point of view peninjau. Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.
Menurut Harry Shaw, sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a. Sudut pandang fisik. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b. Sudut pandang mental. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya.
c. Sudut pandang pribadi. Adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. Sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).
Menurut Cleanth Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a. Tokoh utama menyampaikan kisah dirinya.
b. Tokoh bawahan menyampaikan kisah tokoh utama.
c. Pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama.
d. Pengarang serba tahu.
Sumber: Buku pintar Sastra Indonesia
Nama: _____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: _______________________
MADANIA
Kelas 12
UNSUR-UNSUR INTRINSIK
PROSA CERITA
Pengantar
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari
a. Tokoh dan penokohan/perwatakan tokoh
b. Tema dan amanat
c. Latar
d. Alur
e. Sudut pandang/gaya penceritaaan
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur tersebut
I. TOKOH
Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b. Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
II. PENOKOHAN
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c. Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.
III. ALUR
Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a. Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
b. Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
c. Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Struktur Alur
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a. Bagian awal
1. paparan (exposition)
2. rangkasangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
b. Bagian tengah
4. tikaian (conflict)
5. rumitan (complication)
6. klimaks
c. Bagian akhir
7. leraian (falling action)
8. selesaian (denouement)
Bagian Awal Alur
Jika cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian dikatakan bahwa cerita itu dudun in medias res.
Penyampaian informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing), yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.
Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.
Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a. faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b. Faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.
Selain itu ada hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Macam Alur
Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
a. alur berdasarkan urutan waktu
b. alur berdasarkan urutan sebab-akibat
c. alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Dalam hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.
IV. LATAR
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
MACAM LATAR
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2. Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.
FUNGSI LATAR
Ada beberapa fungsi latar, antara lain
1. memberikan informasi situasi sebagaimana adanya
2. memproyeksikan keadaan batin tokoh
3. mencitkana suasana tertentu
4. menciptakan kontras
V. TEMA DAN AMANAT
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Ada beberapa macam tema, yaitu
a. Ada tema didaktis, yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan
b. Ada tema yang dinyatakan secara eksplisit
c. Ada tema yang dinyatakan secara simbolik
d. Ada tema yang dinyatakan dalam dialog tokoh utamanya
Dalam menentukan tema cerita, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
a. ninat pribadi
b. selera pembaca
c. keinginan penerbit atau penguasa
Kadang-kadang terjadi perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh pengarang dengan gagasan yang dipahami oleh pembaca melalui karya sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut) disebut makna niatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makna aniatan kadang-kadang tidak sama dengan makna muatan
a. pengarang kurang pandai menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya.
b. Beberapa pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan adalah bahwa penafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di dalam karya sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam suatu karya sastra ada tema sentral dan ada pula tema samapingan. Yang dimaksud tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Yang dimaksud tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Ada tema yang terus berulang dan dikaitkan dengan tokoh, latar, serta unsur-unsur lain dalam cerita. Tema semacam itu disebut leitmotif. Leitmotif ini mengantar pembaca pada suatu amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
VI. POINT OF VIEW
Bennison Gray membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang ketiga.
1. Pencerita orang pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
b. Pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2. Pencerita orang ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
b. Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.
Jakob Sumardjo membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a. Sudut penglihatan yang berkuasa (omniscient point of view). Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya.
b. Sudut penglihatan obyektif (objective point of view). Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang.
c. Point of view orang pertama. Pengarang sebagai pelaku cerita.
d. Point of view peninjau. Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.
Menurut Harry Shaw, sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a. Sudut pandang fisik. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b. Sudut pandang mental. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya.
c. Sudut pandang pribadi. Adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. Sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).
Menurut Cleanth Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a. Tokoh utama menyampaikan kisah dirinya.
b. Tokoh bawahan menyampaikan kisah tokoh utama.
c. Pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama.
d. Pengarang serba tahu.
Sumber: Buku pintar Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra
Ringkasan Materi
Nama: _____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: _______________________
MADANIA
Kelas 12
Menggunakan Konjungsi
30-4/Oktober/2009
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
I. MENURUT NUGROHO NOTOSUSANTO
A. Kesusastraan Melayu Lama
B. Kesusastraan Indonesia Modern
1. Masa Kebangkitan
a. Periode 1920
b. Periode 1933
c. Periode 1942
2. Masa Perkembangan
a. Periode 1945
b. Periode 1950
II. MENURUT AJIP ROSIDI
A. Masa Kelahiran
1. Periode awal abad ke-20 sampai dengan tahun 1933
2. Periode 1933 s.d. 1942
3. Periode 1942 s.d. 1945
B. Masa Perkembangan
1. Periode 1945 - 1953
2. Periode 1953 - 1960
3. Periode 1960 - sekarang
III. MENURUT HB. JASSIN
A. Kesusastraan Melayu Lama
B. Kesusastraan Indonesia Modern
1. Angkatan 20
2. Angkatan 33 atau Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 66
IV. MENURUT JS. BADUDU
A. Kesusastraan Lama
1. Kesusastraan Masa Purba
2. Kesusastraan Masa Hindu-Arab
B. Kesusastraan Peralihan
1. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
2. Angkatan Balai Pustaka
C. Kesusastraan Baru
1. Angkatan Pujangga Baru
2. Angkatan Modern (Angk. 45)
3. Angkatan Muda
V. MENURUT SABARUDDIN AHMAD
A. Kesusastraan Lama
1. Dinamisme
2. Hinduisme
3. Islamisme
B. Kesusastraan Baru
1. Masa Abdullah bin Abdul-kadir Munsyi
2. Masa Balai Pustaka
3. Masa Pujangga Baru
4. Masa Angkatan 45
VI. MENURUT ZUBER USMAN
A. Kesusastraan Lama
B. Zaman Peralihan (Masa Abdul-lah bin Abdulkadir Munsyi)
C. Kesusastraan Baru
1. Zaman Balai Pustaka
2. Zaman Pujangga Baru
3. Zaman Jepang
4. Zaman Angkatan 45
VII. MENURUT USMAN EFFENDI
A. Kesusastraan Lama ( … sampai dengan 1920)
B. Kesusastraan Baru (1920 sampai dengan 1945)
C. Kesusastraan Modern (1945 sampai dengan …)
VIII. MENURUT ZAIDAN HENDY
A. Sastra Lama
1. Sastra Kuno
2. Sastra Zaman Hindu
3. Sastra Zaman Islam
B. Sastra Peralihan (Abdullah bin Abdulkadir Munsyi)
C. Sastra Baru
1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 66
Sumber: Sastra Indonesia Kelas Satu Cawu 3 2000/2001Agustinus Suyoto,S.Pd/SMU SD2 Yk
Karya Sastra Penting dalam Satu Angkatan
Periode sastra Indonesia ditandai oleh corak karya sastra pada periode tersebut. Berikut ini adalah ciri-ciri dan contoh karya satra yang dihasilkan pada setiap periode.
Periodisasi sastra Indonesia menurut zamannya adalah sebagai berikut.
1. Sastra Lama :
a. Sastra Kuno
b. Sastra Zaman Hindu
c. Sastra Zaman Islam
2. Sastra Peralihan :
Zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
3. Sastra Baru :
a. Balai Pustaka (1917-1933)
b. Pujangga Baru (1933-1945)
c. Angkatan 45 (1945-1966)
d. Angkatan 66 (1966 – sekarang)
Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka (20-an)
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan
3. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama
4. Puisinya berupa syair dan pantun
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis
6. Alirannya bercorak romantik
Ciri-ciri Angkatan Pujangga Baru (30-an)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
Ciri-ciri Angkatan 45
1. Puisi-puisinya bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima
2. Lebih bergaya ekspresionisme dan beraliran realisme
3. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk
4. Puisinya berisi tentang individualisme dan prosanya mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan
5. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal
6. Filsafat eksistensialisme mulai dikenal
Ciri-ciri Angkatan 66
1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita
3. Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan
4. Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka
5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi
6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah
Beberapa karya sastra yang penting pada tiap-tiap angkatan
Angkatan Balai Pustaka
1. Azab dan Sengsara (roman karya Merari Siregar)
2. Siti Nurbaya (roman Marah Rusli)
3. Salah Asuhan (roman karya Abdul Muis)
4. Tenggelamnya Kapal van Der Wijk (roman karya HAMKA)
5. Sengsara Membawa Nikmat (roman karya Tulis Sutan Sati)
Angkatan Pujangga Baru
1. Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu (antologi puisi karya Amir Hamzah)
2. Madah Kelana dan Percikan Permenungan (antologi puisi karya Roestam Effendi)
3. Layar Terkembang (roman karya STA)
4. Belenggu (roman karya Armjn Pane)
5. Indonesia Tumpah Darahku (Muhammad Yamin)
Angkatan 45
1. Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam (antologi puisi karya Chairil Anwar)
2. Tiga Menguak Takdir (antologi puisi Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin)
3. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (antologi cerpen karya Idrus)
4. Atheis (novel karya Achdiat Karta Mihardja)
5. Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernama (antologi puisi Sitor Situmorang)
Angkatan 66
1. Keluarga Gerilya dan Perburuan (novel karya Pramudya Ananta Toer)
2. Jalan Tak Ada Ujung, Tak ada Esok, dan Harimau! Harimau! (novel Moechtar Lubis)
3. Keluarga Permana dan Royan Revolusi (novel karya Ramadan K.H.)
4. Tirani dan Benteng (antologi puisi karya Taufiq Ismail)
5. Blues untuk Bonie dan Balada Orang-Orang Tercinta (antologi puisi karya WS Rendra)
6. Etsa (antologi puisi karya Toto Sudarto Bachtiar)
7. Buku Puisi (antologi puisi karya Hartojo Andangdjaja)
8. Domba-Domba Revolusi (naskah drama karya B. Soelarto)
9. Para Priyayi (novel karya Umar Kayam)
10. Mata Pisau dan Perahu Kertas (antologi puisi Supardi Joko Damono)
Sumber: Modul kekusastraan Indonesia Untuk DIII
Nama: _____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: _______________________
MADANIA
Kelas 12
Menggunakan Konjungsi
30-4/Oktober/2009
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
I. MENURUT NUGROHO NOTOSUSANTO
A. Kesusastraan Melayu Lama
B. Kesusastraan Indonesia Modern
1. Masa Kebangkitan
a. Periode 1920
b. Periode 1933
c. Periode 1942
2. Masa Perkembangan
a. Periode 1945
b. Periode 1950
II. MENURUT AJIP ROSIDI
A. Masa Kelahiran
1. Periode awal abad ke-20 sampai dengan tahun 1933
2. Periode 1933 s.d. 1942
3. Periode 1942 s.d. 1945
B. Masa Perkembangan
1. Periode 1945 - 1953
2. Periode 1953 - 1960
3. Periode 1960 - sekarang
III. MENURUT HB. JASSIN
A. Kesusastraan Melayu Lama
B. Kesusastraan Indonesia Modern
1. Angkatan 20
2. Angkatan 33 atau Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 66
IV. MENURUT JS. BADUDU
A. Kesusastraan Lama
1. Kesusastraan Masa Purba
2. Kesusastraan Masa Hindu-Arab
B. Kesusastraan Peralihan
1. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
2. Angkatan Balai Pustaka
C. Kesusastraan Baru
1. Angkatan Pujangga Baru
2. Angkatan Modern (Angk. 45)
3. Angkatan Muda
V. MENURUT SABARUDDIN AHMAD
A. Kesusastraan Lama
1. Dinamisme
2. Hinduisme
3. Islamisme
B. Kesusastraan Baru
1. Masa Abdullah bin Abdul-kadir Munsyi
2. Masa Balai Pustaka
3. Masa Pujangga Baru
4. Masa Angkatan 45
VI. MENURUT ZUBER USMAN
A. Kesusastraan Lama
B. Zaman Peralihan (Masa Abdul-lah bin Abdulkadir Munsyi)
C. Kesusastraan Baru
1. Zaman Balai Pustaka
2. Zaman Pujangga Baru
3. Zaman Jepang
4. Zaman Angkatan 45
VII. MENURUT USMAN EFFENDI
A. Kesusastraan Lama ( … sampai dengan 1920)
B. Kesusastraan Baru (1920 sampai dengan 1945)
C. Kesusastraan Modern (1945 sampai dengan …)
VIII. MENURUT ZAIDAN HENDY
A. Sastra Lama
1. Sastra Kuno
2. Sastra Zaman Hindu
3. Sastra Zaman Islam
B. Sastra Peralihan (Abdullah bin Abdulkadir Munsyi)
C. Sastra Baru
1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 66
Sumber: Sastra Indonesia Kelas Satu Cawu 3 2000/2001Agustinus Suyoto,S.Pd/SMU SD2 Yk
Karya Sastra Penting dalam Satu Angkatan
Periode sastra Indonesia ditandai oleh corak karya sastra pada periode tersebut. Berikut ini adalah ciri-ciri dan contoh karya satra yang dihasilkan pada setiap periode.
Periodisasi sastra Indonesia menurut zamannya adalah sebagai berikut.
1. Sastra Lama :
a. Sastra Kuno
b. Sastra Zaman Hindu
c. Sastra Zaman Islam
2. Sastra Peralihan :
Zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
3. Sastra Baru :
a. Balai Pustaka (1917-1933)
b. Pujangga Baru (1933-1945)
c. Angkatan 45 (1945-1966)
d. Angkatan 66 (1966 – sekarang)
Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka (20-an)
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan
3. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama
4. Puisinya berupa syair dan pantun
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis
6. Alirannya bercorak romantik
Ciri-ciri Angkatan Pujangga Baru (30-an)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
Ciri-ciri Angkatan 45
1. Puisi-puisinya bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima
2. Lebih bergaya ekspresionisme dan beraliran realisme
3. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk
4. Puisinya berisi tentang individualisme dan prosanya mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan
5. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal
6. Filsafat eksistensialisme mulai dikenal
Ciri-ciri Angkatan 66
1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita
3. Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan
4. Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka
5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi
6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah
Beberapa karya sastra yang penting pada tiap-tiap angkatan
Angkatan Balai Pustaka
1. Azab dan Sengsara (roman karya Merari Siregar)
2. Siti Nurbaya (roman Marah Rusli)
3. Salah Asuhan (roman karya Abdul Muis)
4. Tenggelamnya Kapal van Der Wijk (roman karya HAMKA)
5. Sengsara Membawa Nikmat (roman karya Tulis Sutan Sati)
Angkatan Pujangga Baru
1. Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu (antologi puisi karya Amir Hamzah)
2. Madah Kelana dan Percikan Permenungan (antologi puisi karya Roestam Effendi)
3. Layar Terkembang (roman karya STA)
4. Belenggu (roman karya Armjn Pane)
5. Indonesia Tumpah Darahku (Muhammad Yamin)
Angkatan 45
1. Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam (antologi puisi karya Chairil Anwar)
2. Tiga Menguak Takdir (antologi puisi Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin)
3. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (antologi cerpen karya Idrus)
4. Atheis (novel karya Achdiat Karta Mihardja)
5. Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernama (antologi puisi Sitor Situmorang)
Angkatan 66
1. Keluarga Gerilya dan Perburuan (novel karya Pramudya Ananta Toer)
2. Jalan Tak Ada Ujung, Tak ada Esok, dan Harimau! Harimau! (novel Moechtar Lubis)
3. Keluarga Permana dan Royan Revolusi (novel karya Ramadan K.H.)
4. Tirani dan Benteng (antologi puisi karya Taufiq Ismail)
5. Blues untuk Bonie dan Balada Orang-Orang Tercinta (antologi puisi karya WS Rendra)
6. Etsa (antologi puisi karya Toto Sudarto Bachtiar)
7. Buku Puisi (antologi puisi karya Hartojo Andangdjaja)
8. Domba-Domba Revolusi (naskah drama karya B. Soelarto)
9. Para Priyayi (novel karya Umar Kayam)
10. Mata Pisau dan Perahu Kertas (antologi puisi Supardi Joko Damono)
Sumber: Modul kekusastraan Indonesia Untuk DIII
Sastra Melayu Klasik
Nama: ____________________________
Kelas: XII _______
Hari/Tanggal: ______________________
RAINGKASAN MATERI
SASTRA MELAYU KLASIK
(SASTRA INDONESIA LAMA)
15-19 Maret 2010
PENGANTAR
Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak diketahui kapan munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai Pustaka (1920), masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an).
Alhasil, ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi pertama adalah bahwa sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, dan 3) Sastra Indonesia Modern. Sedangkan versi kedua membagi sejarah sastra Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru, dan 4) Sastra Indonesia Modern.
Sastra Indonesia Lama adalah masa sastra mulai pada masa pra-sejarah (sebelum suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Ada juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia lama berakhir pada masa balai Pustaka. Sastra Indonesia Lama tidak dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (seperti halnya Sastra Indonesia baru) karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak mencantumkan waktu dan nama pengarangnya
.
Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut
A. Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua
1. Prosa lama
2. Puisi Lama
B. berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
1. Sastra Sejarah
2. Sastra Undang-Undang
3. Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa
C. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
1. Sastra Indonesia Asli
2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu
3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam
Ciri-ciri kesusastraan Indonesia Lama
1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.
Jabatan/orang yang sangat berjasa dalam penyebaran sastra Indonesia Lama adalah pawang. Ia adalah kepala adat (istilah sekarang mungkin sama dengan “dukun” dalam kebudayaan Jawa). Jabatan ini berbeda dengan kepala suku. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto, pawang dikenal sebagai orang yang mempunyai keahlian yang erat hubungannya dengan hal-hal yang gaib. Ia termasuk orang yang keramat dan dapat berhubungan dengan para dewa atau hyang. Pawang terbagi atas pawang kutika (ahli bercocok tanam dan hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga), pawang osada (ahli dalam jampi-jampi), pawang malim (ahli dalam pertenungan), dan pawang pelipur lara (ahli bercerita).
SASTRA INDONESIA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA
A. PROSA LAMA
1. Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng dibedakan menjadi
a. Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).
b. Farabel, yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c. Legende, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
d. Mythe, yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e. Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was gesagt wird” yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)
2. Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
3. Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.
4. Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.
B. PUISI LAMA
1. Mantra
Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang mengucapkannya.
2. Bidal
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah
a. Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
b. Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c. Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
d. Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
e. Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f. Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.
3. Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun adalah
a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e. Beralun dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun anak-anak
- pantun bersuka cita
- pantun berduka cita
b. Pantun muda
- pantun perkenalan
- pantun berkasih-kasihan
- pantun perceraian
- pantun beriba hati
- pantun dagang
c. Pantun tua
- pantun nasehat
- pantun adat
- pantun agama
d. Pantun jenaka
e. Pantun teka-teki
4. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh kebudayaan Hindu.
5. Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
Ciri-ciri syair
a. terdiri dari empat baris
b. tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c. persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d. tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e. terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f. biasanya berisi cerita atau berita.
6. Prosa liris (kalimat berirama)
Prosa liris adalah prosa yang di dalamnya masih terdengar adanya irama.
7. Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk puisi Arab adalah
a. Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan disthikon). Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b. Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.
c. Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d. Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaaf).
e. Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah
1. Kaba
Adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.
2. Kakawin
Adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan negarakertagama.
3. Kidung
Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa.
4. Parwa
Adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.
5. Cerita Pelipur Lara
Sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan hikayat).
DAFTAR PUSTAKA
Belang, Mia. Dkk. 1992. Pelajaran Bahasa Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam. Yogyakarta : Percetakan Lukman.
Djamaris, Edwar. 1984. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan daerah.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suparni. 1987. Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1984. Bandung : Aditya.
Kelas: XII _______
Hari/Tanggal: ______________________
RAINGKASAN MATERI
SASTRA MELAYU KLASIK
(SASTRA INDONESIA LAMA)
15-19 Maret 2010
PENGANTAR
Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak diketahui kapan munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai Pustaka (1920), masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an).
Alhasil, ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi pertama adalah bahwa sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, dan 3) Sastra Indonesia Modern. Sedangkan versi kedua membagi sejarah sastra Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru, dan 4) Sastra Indonesia Modern.
Sastra Indonesia Lama adalah masa sastra mulai pada masa pra-sejarah (sebelum suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Ada juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia lama berakhir pada masa balai Pustaka. Sastra Indonesia Lama tidak dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (seperti halnya Sastra Indonesia baru) karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak mencantumkan waktu dan nama pengarangnya
.
Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut
A. Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua
1. Prosa lama
2. Puisi Lama
B. berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
1. Sastra Sejarah
2. Sastra Undang-Undang
3. Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa
C. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
1. Sastra Indonesia Asli
2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu
3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam
Ciri-ciri kesusastraan Indonesia Lama
1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.
Jabatan/orang yang sangat berjasa dalam penyebaran sastra Indonesia Lama adalah pawang. Ia adalah kepala adat (istilah sekarang mungkin sama dengan “dukun” dalam kebudayaan Jawa). Jabatan ini berbeda dengan kepala suku. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto, pawang dikenal sebagai orang yang mempunyai keahlian yang erat hubungannya dengan hal-hal yang gaib. Ia termasuk orang yang keramat dan dapat berhubungan dengan para dewa atau hyang. Pawang terbagi atas pawang kutika (ahli bercocok tanam dan hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga), pawang osada (ahli dalam jampi-jampi), pawang malim (ahli dalam pertenungan), dan pawang pelipur lara (ahli bercerita).
SASTRA INDONESIA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA
A. PROSA LAMA
1. Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng dibedakan menjadi
a. Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).
b. Farabel, yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c. Legende, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
d. Mythe, yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e. Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was gesagt wird” yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)
2. Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
3. Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.
4. Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.
B. PUISI LAMA
1. Mantra
Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang mengucapkannya.
2. Bidal
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah
a. Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
b. Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c. Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
d. Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
e. Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f. Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.
3. Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun adalah
a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e. Beralun dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun anak-anak
- pantun bersuka cita
- pantun berduka cita
b. Pantun muda
- pantun perkenalan
- pantun berkasih-kasihan
- pantun perceraian
- pantun beriba hati
- pantun dagang
c. Pantun tua
- pantun nasehat
- pantun adat
- pantun agama
d. Pantun jenaka
e. Pantun teka-teki
4. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh kebudayaan Hindu.
5. Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
Ciri-ciri syair
a. terdiri dari empat baris
b. tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c. persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d. tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e. terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f. biasanya berisi cerita atau berita.
6. Prosa liris (kalimat berirama)
Prosa liris adalah prosa yang di dalamnya masih terdengar adanya irama.
7. Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk puisi Arab adalah
a. Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan disthikon). Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b. Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.
c. Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d. Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaaf).
e. Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah
1. Kaba
Adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.
2. Kakawin
Adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan negarakertagama.
3. Kidung
Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa.
4. Parwa
Adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.
5. Cerita Pelipur Lara
Sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan hikayat).
DAFTAR PUSTAKA
Belang, Mia. Dkk. 1992. Pelajaran Bahasa Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam. Yogyakarta : Percetakan Lukman.
Djamaris, Edwar. 1984. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan daerah.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suparni. 1987. Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1984. Bandung : Aditya.
Majas
Nama: ____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Macam-macam Majas
8-13 Februari 2010
Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].
Majas perbandingan
1. Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio : Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Metafora : Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme : Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia : Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim : Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia : Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme : Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes : Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola : Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14. Depersonifikasi : Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto : Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Totum pro parte : Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme : Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme : Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel : Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel : Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase : Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim : Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi : Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
1. Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme : Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire : Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
1. Apofasis : Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme : Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi : Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima : Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi : Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme : Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi : Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme : Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi : Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis : Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio : Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi : Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio : Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio : Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito : Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim : Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi : Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis : Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma : Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
1. Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron : Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme : Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Rujukan
• Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.
Catatan kaki
^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Macam-macam Majas
8-13 Februari 2010
Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].
Majas perbandingan
1. Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio : Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Metafora : Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme : Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia : Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim : Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia : Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme : Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes : Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola : Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14. Depersonifikasi : Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto : Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Totum pro parte : Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme : Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme : Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel : Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel : Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase : Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim : Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi : Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
1. Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme : Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire : Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
1. Apofasis : Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme : Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi : Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima : Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi : Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme : Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi : Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme : Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi : Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis : Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio : Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi : Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio : Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio : Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito : Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim : Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi : Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis : Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma : Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
1. Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron : Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme : Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Rujukan
• Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.
Catatan kaki
^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Majas
Nama: ____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Macam-macam Majas
8-13 Februari 2010
Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].
Majas perbandingan
1. Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio : Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Metafora : Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme : Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia : Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim : Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia : Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme : Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes : Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola : Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14. Depersonifikasi : Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto : Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Totum pro parte : Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme : Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme : Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel : Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel : Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase : Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim : Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi : Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
1. Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme : Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire : Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
1. Apofasis : Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme : Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi : Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima : Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi : Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme : Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi : Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme : Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi : Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis : Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio : Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi : Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio : Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio : Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito : Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim : Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi : Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis : Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma : Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
1. Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron : Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme : Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Rujukan
• Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.
Catatan kaki
^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Macam-macam Majas
8-13 Februari 2010
Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].
Majas perbandingan
1. Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio : Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Metafora : Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme : Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia : Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim : Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia : Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme : Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes : Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola : Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14. Depersonifikasi : Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto : Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Totum pro parte : Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme : Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme : Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel : Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel : Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase : Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim : Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi : Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
1. Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme : Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire : Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
1. Apofasis : Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme : Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi : Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima : Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi : Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme : Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi : Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme : Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks : Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi : Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis : Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio : Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi : Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio : Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio : Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito : Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim : Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi : Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis : Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma : Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
1. Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron : Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme : Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Rujukan
• Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.
Catatan kaki
^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Jenis-jenis puisi
Nama: ____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Jenis-Jenis Puisi
8-13 Februari 2010
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
Ciri-ciri puisi lama:
• Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
• Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
• Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
• Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
• Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
• Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
• Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
• Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
• Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
• Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
• Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Aeorang Pemberontak”
• Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
• Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
• Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
• Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
• Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
• Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Sumber: http://endonesa.wordpress.com
Kosasih, Engkos. 2005. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: ______________________
MADANIA
Kelas 12
RINGKASAN MATERI
Jenis-Jenis Puisi
8-13 Februari 2010
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
Ciri-ciri puisi lama:
• Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
• Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
• Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
• Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
• Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
• Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
• Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
• Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
• Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
• Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
• Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Aeorang Pemberontak”
• Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
• Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
• Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
• Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
• Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
• Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Sumber: http://endonesa.wordpress.com
Kosasih, Engkos. 2005. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya
Arab melayu
RINGKASAN MATERI
Nama: _____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: _______________________
MADANIA
Kelas 12
Aksara Arab Melayu
11-15 Januari 2010
Aksara Jawi (Arab-Melayu)
Aksara Jawi atau aksara Arab-Melayu adalah modifikasi aksara Arab yang disesuaikan dengan Bahasa Melayu di seantero Nusantara pada masa silam. Munculnya aksara ini adalah akibat pengaruh budaya Islam yang lebih dulu masuk dibandingkan dengan pengaruh budaya Eropa di Zaman kolonialisme dulu. Aksara ini dikenal sejak jaman Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka.
Aksara Arab yang digunakan adalah:
alif ا — ba ب — ta ت — tsa ث — jim ج — ha ح — kho خ
dal د — dza ذ — ro ر — za ز — sin س — syinش — shod ص
dhod ض — tho ط — dlo ظ — ‘ain ع — ghin غ — fa ف — qof ق
kaf ك — lam ل — mim م — nun ن — wau و — Ha ه — ya ي
hamzah ء — lam alif لا
Aksara tambahan yang digunakan adalah:
cha چ (ha bertitik 3) — nga ڠ (ain bertitik tiga) — pa ڤ (fa bertitik 3)
ga ڬ (kaf bertitik) — va ۏ (wau bertitik) — nya ڽ (nun bertitik 3)
Angka Arab yang digunakan adalah:
0 ٠ — 1١ — 2 ٢ — 3 ٣ — 4 ٤ — 5 ٥ — 6 ٦ — 7 ٧ — 8 ٨ — 9 ٩
Cara penulisan (dengan asumsi Anda pernah belajar menulis/membaca Al-Quran):
1. Aksara ditulis secara gundul, sering disebut sebagai Arab Gundul.
2. Huruf alif yang berdiri sendiri berbunyi a atau e.
3. Huruf alif yang diikuti wau berbunyi u atau o.
4. Huruf alif yang diikuti ya berbunyi i atau é.
5. Konsonan diikuti huruf alif akan berbunyi fatah (bunyi a).
6. Konsonan diikuti huruf wau akan berbunyi dhomah (bunyi u).
7. Konsonan diikuti huruf ya akan berbunyi kasroh (bunyi i).
8. Konsonan di awal atau di tengah kata tanpa diikuti alif, wau atau ya berbunyi fatah (bunyi a atau e)
9. Konsonan di akhir kata adalah konsonan mati, kecuali diikuti alif, wau atau ya.
10. Huruf ain digunakan sebagai penanda huruf k seperti pada kata rakyat رعيت
Contoh penulisan:
Saya sedang belajar menulis Arab Melayu, gundul pula.
Ternyata susah ditulis, apalagi dibaca karena tidak konsisten.
سيا سداڠ بلجر منوليس عرب مليو, ڬوندول ڤولا
ترڽتا سوسح ديتوليس, اڤلڬي ديبچا كرنا تيدك كونسيستان
Jenis Puisi Baru (Berdasarkan Jumlah Baris)
• Distikhon, sajak 2 seuntai.
• Terzina, sajak 3 seuntai.
• Kuatrain, sajak 4 seuntai.
• Kuint, sajak 5 seuntai.
• Sektet, sajak 6 seuntai.
• Septina, sajak 7 seuntai.
• Oktaf / Stanza, sajak 8 seuntai.
• Soneta, sajak yang terdiri dari 14 baris dan 4 bait umumnya berpola 4-4-3-3.
• Sajak bebas.
Nama: _____________________________
Kelas: 12 _____
Hari/tanggal: _______________________
MADANIA
Kelas 12
Aksara Arab Melayu
11-15 Januari 2010
Aksara Jawi (Arab-Melayu)
Aksara Jawi atau aksara Arab-Melayu adalah modifikasi aksara Arab yang disesuaikan dengan Bahasa Melayu di seantero Nusantara pada masa silam. Munculnya aksara ini adalah akibat pengaruh budaya Islam yang lebih dulu masuk dibandingkan dengan pengaruh budaya Eropa di Zaman kolonialisme dulu. Aksara ini dikenal sejak jaman Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka.
Aksara Arab yang digunakan adalah:
alif ا — ba ب — ta ت — tsa ث — jim ج — ha ح — kho خ
dal د — dza ذ — ro ر — za ز — sin س — syinش — shod ص
dhod ض — tho ط — dlo ظ — ‘ain ع — ghin غ — fa ف — qof ق
kaf ك — lam ل — mim م — nun ن — wau و — Ha ه — ya ي
hamzah ء — lam alif لا
Aksara tambahan yang digunakan adalah:
cha چ (ha bertitik 3) — nga ڠ (ain bertitik tiga) — pa ڤ (fa bertitik 3)
ga ڬ (kaf bertitik) — va ۏ (wau bertitik) — nya ڽ (nun bertitik 3)
Angka Arab yang digunakan adalah:
0 ٠ — 1١ — 2 ٢ — 3 ٣ — 4 ٤ — 5 ٥ — 6 ٦ — 7 ٧ — 8 ٨ — 9 ٩
Cara penulisan (dengan asumsi Anda pernah belajar menulis/membaca Al-Quran):
1. Aksara ditulis secara gundul, sering disebut sebagai Arab Gundul.
2. Huruf alif yang berdiri sendiri berbunyi a atau e.
3. Huruf alif yang diikuti wau berbunyi u atau o.
4. Huruf alif yang diikuti ya berbunyi i atau é.
5. Konsonan diikuti huruf alif akan berbunyi fatah (bunyi a).
6. Konsonan diikuti huruf wau akan berbunyi dhomah (bunyi u).
7. Konsonan diikuti huruf ya akan berbunyi kasroh (bunyi i).
8. Konsonan di awal atau di tengah kata tanpa diikuti alif, wau atau ya berbunyi fatah (bunyi a atau e)
9. Konsonan di akhir kata adalah konsonan mati, kecuali diikuti alif, wau atau ya.
10. Huruf ain digunakan sebagai penanda huruf k seperti pada kata rakyat رعيت
Contoh penulisan:
Saya sedang belajar menulis Arab Melayu, gundul pula.
Ternyata susah ditulis, apalagi dibaca karena tidak konsisten.
سيا سداڠ بلجر منوليس عرب مليو, ڬوندول ڤولا
ترڽتا سوسح ديتوليس, اڤلڬي ديبچا كرنا تيدك كونسيستان
Jenis Puisi Baru (Berdasarkan Jumlah Baris)
• Distikhon, sajak 2 seuntai.
• Terzina, sajak 3 seuntai.
• Kuatrain, sajak 4 seuntai.
• Kuint, sajak 5 seuntai.
• Sektet, sajak 6 seuntai.
• Septina, sajak 7 seuntai.
• Oktaf / Stanza, sajak 8 seuntai.
• Soneta, sajak yang terdiri dari 14 baris dan 4 bait umumnya berpola 4-4-3-3.
• Sajak bebas.
Selasa, 09 Maret 2010
Menunggu UNyang Dua Minggu
"Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya. Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah."
Entah dari buku mana saya pernah membaca kutipan kalimat di atas. Saya lupa. Jadi, mohon maaf kepada penulis buku yang tulisannya saya kutip itu. Bukan berarti saya tidak menghargai hak kekayaan intelektual, tapi sungguh saya benar-benar lupa.
Tanpa ingin menggeneralisasi masalah kelupaan itu, yang jelas bangsa ini memang bangsa pelupa. Salah satunya adalah lupa pada hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan itu adalah memanusiakan manusia. akan tetapi, sistem pendidikan di negara ini sama sekali tidak mengarah ke sana.
Mungkin karena sistem pendidikan ini dibuat tidak berakar pada permasalahan yang ada dan terjadi di Republik ini. Sistem pendidikan kita hanyalah hasil adopsi dari sistem pendidikan yang "berhasil" di negara-negara nun jauh di sana. Mungkin para petinggi-petinggi kita telah mandul merumuskan sebuah sistem yang tepat untuk Indonesia. Atau jangan-jangan para petinggi-petinggi tersebut sama sekali tidak mengenal republik ini.
Sayang....
Entah dari buku mana saya pernah membaca kutipan kalimat di atas. Saya lupa. Jadi, mohon maaf kepada penulis buku yang tulisannya saya kutip itu. Bukan berarti saya tidak menghargai hak kekayaan intelektual, tapi sungguh saya benar-benar lupa.
Tanpa ingin menggeneralisasi masalah kelupaan itu, yang jelas bangsa ini memang bangsa pelupa. Salah satunya adalah lupa pada hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan itu adalah memanusiakan manusia. akan tetapi, sistem pendidikan di negara ini sama sekali tidak mengarah ke sana.
Mungkin karena sistem pendidikan ini dibuat tidak berakar pada permasalahan yang ada dan terjadi di Republik ini. Sistem pendidikan kita hanyalah hasil adopsi dari sistem pendidikan yang "berhasil" di negara-negara nun jauh di sana. Mungkin para petinggi-petinggi kita telah mandul merumuskan sebuah sistem yang tepat untuk Indonesia. Atau jangan-jangan para petinggi-petinggi tersebut sama sekali tidak mengenal republik ini.
Sayang....
Langganan:
Postingan (Atom)